perbaikan yg terus menerus singapura dan indonesia

dear all,  saya sdh 3 x berdiskusi dgn mendik singapura dan tim nya, ttg apa yg di persiapkan oleh negara tetangga  kita, yg penduduknya di bawah 5 juta, dgn 3 etnis yg dominan. pendidikan utk abad 21 yg mereka akan kembangkan adalah pengembangan pribadi dari setiap individu, sesuai dgn perkembangan jaman.

mereka mulai  membuat sekolah yg tidak ada sekat antara kelas 10,11 dan 12, dimana setiap individu yg senang matematika akan menabah sendiri jam matematika dan mencari kelas yg sesuai, walaupun harus berbaur dgn anak di atasnya, bagi yg senang seni atau sosial science juga akan mencari kelompoknya…

di sini kebebasan sdh mulai di siapkan, dan di fasilitasi…karena klo anak belajar pada yg dia sukai, hasil nya akan luar biasa….dan motivasinya akan tinggi sekali…., confusius  mengungkapan  kalau kau sedang bekerja, lakukan apa yg kamu suka,  sehingga kau merasa tidak seperti bekerja…kira2 itu inti nya….atau yg pernah kita dengar pimpinan kita berbicara..belajar secara menyenangkan..atau  learn with fun…

ada ungkapan  mentri pendidikan singapura yg sekarang menjadi men keu..” it is important for singapore to develop exceptional  features that will allow it to stay relevant in the world”… jadi arti nya relevansi yg terus meneru di dekati dgn kondisi dan kebutuhan industri dan akademi tetep mereka kembangkan…menarik kan..? utk tetap menjadi bangsa yg tinggi gaji nya dan kesejahteraannya, atas ketidak tahuan dan ketidak pandaian bangsa lain dan kelompok lain…

ada ungkapan yg menarik…lainnya..: investing in a knowledge – based- society in singapure through education, through research and development and innovation  in the workplace, has been process of constant evolutions, constant learning from others,  constant mistakes and corrections and constant improvement…”

hal ini yg sedang kita jalani bersama, belajar satu dgn lain, koreksi satu dgn yg lain, perbaiki, riset di lapangan mana yg mau maju dan tidak maju…dst..;

perbaikan dan komunikasi satu dgn yg lain utk perbaikan tsb akan menyebabkan kita menjadi lebih mendapat info yg terkini dari bangsa lain, sehingga kita bisa menyiapkan perubahan2 di daerah masing2…

yg perlu kita siapkan mencari teman2 yg mau berubah dan berbuat utk daerah mereka masing2 dari sisi lain serta membuat kegiatan utk kemajuan pendidikan di kabupaten serta propinsi nya masing2…

memang singapora, korea selatan , taiwan adalah contoh negara yg maju karena knowledge base.., tinggal indonesia mau kemana dalam 5 – 10 thn yad..,dgn belajar dari mereka2 yg maju di asean, mari kita singsingkan  lengan baju utk anak2 kita agar bisa maju dan bangkit melawan kebodohan..

mungkin cara spt taiwan atau china , dimana walikota di pilih dan di tunjuk oleh gubernur  atau presiden atau spt sekarang…tapi di pilih dari orang yg mau memajukan negerinya…serta mau mendorong pendidikan lebih maju agar tidak ketinggalan..

menurut saya, kepala dinas pendidikan di propinsi serta yg di kabupaten harus di carikan yg terbaik dan mempunyai wqwasan yg luas utk kemajuan propinsi nya…maupun kabupatennya..bila mungkin ada kontrak sosial thd masarakat dan buat laporan yg jelas apa yg telah dicapai selama mereka menjabat..

mungkin anda yg membaca tulisan ini bisa memulai suatu inisiasi utk membuat workshop..dgn judul apa kontrak sosial dari dinas pendidikan propinsi atau kabupaten utk memajukan daerah mereka masing2..dan di paparkan secara transparan….siapkah kita dan beranikah kita memulai perubahan yg mendasar..? utk kemajuan anak2 kita..

ayo kita kerja bareng demi kemajuan anak2 kita…selamat bekerja..dan berseminar/workshop

10 Tanggapan

  1. saya sangat setuju karena segala sesuatu kuncinya adalah ilmu pengetahuan, apabila pendidikan di sebuah bangsa sudah bagus dalam arti pendidikan untuk semua lapisan masyarakat dan pendidikan untuk segala umur maka bangsa itu akan maju, untuk itu saya mohon kepada para pembuat kebijakan untuk mengutamakan pendidikan generasi penerus bangsa.

    “barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa menghendaki kedua-duanya maka dengan ilmu” (AL HADIST)

  2. sangat menarik dan tergelitik untuk berkomentar atas tulisan pak Gatot tentang “perbaikan yang terus menerus Singapura dan Indonesia”…begitu indahnya jika hal itu bisa segera dimulai di Indonesia, hanya sedikit pertanyaan, bagaimana dan kapan ? karena begitu banyak aturan yang harus kita patuhi, baik secara birokrasi maupun administrasi dll nya… semua teori juga sudah ada, hanya sulit implementasinya… maaf kalau kurang berkenan atas komentar saya… tapi saya tetap berharap akan ada perubahan…wallahua’lam…

  3. ya pak saya setuju, kunci dari kemajuan adalah pendidikan dan pengetahuan tanpa itu semua kita menjadi seperti katak dalam tempurung, menjadi orang dan negara yang hanya merasa pintar sendiri tanpa mau belajar dari orang lain dan negara tidak akan pernah maju, dibutuhkan komitmen yang tinggi buat para pimpinan untuk konsisten mendidik generasi berpengetahuan.

  4. Komitmen seperti itu memang layak dituntut dari seorang Kadisdik. Saya ingin share tentang kondisi di Kotabaru Kalsel, dapat dilihat di http://www.kotabaruedu.multiply.com Satu hal yang perlu diungkap di sini adalah Kepala Disdik ikut mengkritisi webblog dinas dan memberikan komentar yang membangun. Saya berharap aktivitas ini merupakan trigger menuju knowledge based society.
    Maju terus Pendidikan Indonesia.

  5. pak Gatot yang terhormat,….jika proses pendidikannya seperti yang telah Bapak paparkan tersebut?….bagaimana sistem evaluasinya dan standarisari pendidikan bagi negara tersebut?… sejauhmana relevansi metode evaluasi dan standarisasi yang ada di indonesia ini (UN dan standarnya) terhadap metode pembelajaran yang dikembangkan disingapura?…..
    mohon tanggapan dan pencerahannya bagik dari segi akademis, hukum dan sosial….

    terimakasih
    e-mail saya : baud_widodo@yahoo.co.id atau jika berkenan di ekspos di dikmenjur……

    salam
    Mas Ba

  6. Ya kami setuju , kata laksanakan saja dan terbukti anak 2 akan unggul dengan bakat dan talenta masing-masing yang mungkin kalau kita teliti dan kita seminarkan kelompok-kelompok itu tidak begitu banyak , ya setuju memang harus ada perubahan , dan maaf ada satu hal lagi dalam pendidikan dan kalau itu dilupakan atau tidak dilakukan akan tidak terkejar lagi yang sangat erat dengan bakat dan talenta seperti PENDIDIKAN PRA LAHIR , di negara tetangga banyak juga dilakukan . kami sepakat mari bersama berjuang untuk pendidikan bangsa kita tapi kita perlu pemimpin pemimpin baik di pusat dan dinas paling tidak seperti pak Gatot trimakasih dan maaf bila kurang berkenan trimakasih.

  7. dear p widodo, dkk
    terimakasih atas tanggapan di
    ttg perbandingan 2 negara, di sini memang mudah relatif? mengatur negara dgn penduduk kecil, karena semua energi masuk dan meningkatkan sdm di sana..klo analog dgn indonesia..perlu energi yg luar biasa…utk mengejar ketertinggalan tersebut..

    benchmarking sdh kita peroleh, posisi dimana kita berdiri kira2 sdh tahu..dan kemana trend dunia kita sdh tahu semua…tinggal masalah kecepatan mengambil peluang utk menyiapkan generaqsi muda…agar lebih proaktif, serta bisa dgn cepat dan mandiri mengejar semua kebutuhan pendidikannya sesuai dgn ke inginannya sendiri yg sesuai dgn keperluan serta rtelevan thd lapangan kerja yg ada…

    sisitem evaluasi yg paling afdol mnrt saya sih..end user yg mengevaluasi kemampuan lulusan tsb, serta memberikan input mana saja yg harus di sempurnakan…apakah ada garansi yg ujiannya terbaik dapat bekerja dgn baik di lapangan…tidak ada garansi…tetapi orang2 yg mempunyai sosial skill yg tinggi akan mudah mencari pekerjaan…

    ini sebagai masukan buat kwn 2 thd sinergi yg terus menerus dst..

  8. dear Bpk Gatot yang terhormat,

    alhamdulillah… dan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Gatot atas penjelasannya dan bahkan telah diekspos di dikmenjur…. sekali lagi terima kasih…

    tetapi ada setitik hal yang saya mungkin penafsirannya lain dan mungkin jauh dari yang dimaksud pak Gatot yaitu tentang evaluasi yang terbaik menurut Pak Gatot adalah end user…. artinya bahwa UN yang saat ini mengukuhkan diri sebagai executor tunggal bagi anak-anak didik dan bahkan bagi guru-guru serta pimpinan sekolah adalah tidak tepat dan tidak perlu untuk dilanjutkan?…. toh nilai dari UN itu tidak digunakan untuk acuan lembaga pendidikan yang lebih tinggi end user (1) dan dunia kerja/industri end user (2) untuk menerima siswa / tenaga kerja di sekolah/industri mereka?…

    salam
    Mas Ba

  9. wah saya sangat setuju sekali, seandainya saat saya sekolah dulu saya boleh memilih mata pelajaran yang saya senangi , mungkin saya sudah jadi ahli bidang tertentu, tidak kaya sekarang, mungkin tahu banyak hal tapi hanya sedikit-sedikit saja (itu kelemahan bangsa kita, jarang bisa jadi expert). Tapi yang jelas sosialisasi harus gencar dan jelas agar tidak ditanggapi dengan salah kaprah atau malah jadi momok ( faktanya sering reformasi di bidang pendidikan di tanggapi dengan ketakutan berlebihan seperti musalnya UAN)

    Salam Euis

  10. Kuncinya :
    – Tiadakan raja raja kecil, dan hapus pilkada
    – Pers jangan terlalu bebas mencemooh bangsa sendiri seperti sekarang ini
    – Otonomi daerah, jangan kebablasan.
    – PENGUATAN KEMBALI nasionalisme !

Tinggalkan Balasan ke endahgf Batalkan balasan