pengamatan singkat di sekolah menengah kambodja

dalam pengamatan singkat di kambodja , banyak hal2 yg menarik utk di kaji, al. pendidikan di sini gratis sd sma, tidak ada smk disini, dan ada 2 kementerian yg menangani pendidikan, pendidikan dasar dan univ ditangan menteri pendidikan, pemuda dan sport, politeknik dan blk di tangan menteri perburuhan dan pelatihan vokasi..
aku sempet berkunjung ke sekolah umum, dimana smp dan sma jadi 1, jumlah siswanya 8000 an lebih, dengan 1 kep sek dan 8 wakasek, mempunyai 18 komputer yg jalan, dari 84 yg ada, sisanya rusak, karena tidak ada teknisi yg ngoprek..mereka dapat bantuan dari bbrp fihak, tetapi banyak yg second hand…; dan 1 lcd proyektor…( bgmn dgn sekolah anda..); sekolah ini di lakukan pembelajaran 2 shift..( kaya kita jaman dulu..:)), shift 1 jam 7 – 11 dan shift ke 2 13 – 17; seragam hitam putih, sepatu dan sandal adalah alas kaki yg di pakai…jgn harap ada seragam sepatu hitam .kaya di kita.(mungkin ndak ada pabrik sepatu..:)). utk ketrampilan komputer yg terjadi , keluarga yg mampu les komputer di luar, dan menjadi asisten guru pada saat praktek di sekolah..; kita bandingkan dgn sekolah kejuruan di sby, muridnya 3200 siswa dan mempunyai 400 komputer…menarik..pperbandingannya, dan jangka panjang akan terjadi kesenjangan pengetahuan antar generasi antar bansa…, walaupun di kita tidak semuanya juga bagus…
hal lain..tetntangdaya beli mereka, gnp sekitar 620 an us$ di kita katanya 3000 us, klo betulmemang agak beda jauh…seperti di kita 20 thn yg lalu, ..: cuman di phonpen ini segala jenis mobil ada dan relatif murah..tidak ada pajak kayaknya…kita diskusi dgn kep sek dan guru2, utk melatih teknisi komputer mereka dan multicast yg akan kita pasang dalam waktu dekat…ini salah satu upaya kita bersinergi dgn mereka…

semoga hal ini juga menggugah kita, bahwa di negara kita sdh relatif maju di asean ini…

4 Tanggapan

  1. salam, senang bertemu Anda melalui blog ini sy Agus Suhanto, tulisan yang oke 🙂 … lam kenal yaa

  2. Yth Bapak,

    Jumat kemariin (16.10.2009) bertemu dg Ketua umum Lembaga Ketahanan Ekonomi Desa (LKED) Nasional yg datang ke Sby-Juanda.
    Beliau bercerita, bahwa saudara2 kita di Buton masih belum merdeka. Karena ga ada listrik. Infrastruktur juga mereka yg mbangun sendiri.
    Hal ini mengingatkan kami untuk review 12 tahun yll. ketika kami melakukan pelatihan untuk SMT-Pertanian yg dilanjut dg monitoring seperti biasanya.
    Dalam kunjungan ke SMT-pertanian ke desa Kusambi, Pulau Muna kami melihat adanya lab dg komputer yg modern pada masa itu. Namun apa yg terjadi ?
    Komputer hanya dipakai bermain game, karena listrik PLN belum ada.
    Listrik menyala mulai pukul 18:00 s/d 23:00 melalui Diesel-Aggregat. Tentu saja hal ini sangat berlawanan dg kondisi alam yg sedemikian kaya….

    Dari penuturan Bapak Ketua umum LKED, limbah sampah terutama plastik juga sama sekali tidak terurus.
    Kiranya sikon 12 th yll tidak berubah membaik. Tentu saja kita masih memerlukan data yg valid agar dapat disampaikan solusi yg tepat

    Salam

  3. Yth P ak Gatot,

    Assalamualikum Ww Wb,

    Saya ucapkan terimaksih banyak atas dukungan bapak, menurut pengamatan saya, lokasi yg berada dibawah Ministry Labour punya peluang bagus untuk kerjasama dg Poltek atau SMK kita, karena mereka punya perangkat yg bagus, cuma kekurangan tenaga pendidik dan menajemen yg baik, ini membuat peluang kita untuk mencarikan kesempatan bagi tenaga ahli kejuruan.

    Di Kamboja, banyak sekali industri yg berada dibawah pengaruh negara maju seperti Korea, Jepang, Malaysia dan negara-2 Eropa. Negara-2 tersebut rela membuat sekolah-2 / Institut kejuruan dan mensuportnya untuk kepentingan mereka, dimana tenaga kerja yg sudah dilatih akan dikirmkan ke negara yg mensupport, seperti contoh Korea, dan banyak Industri yg mereka dirikan di Kamboja, dampaknya negara ini punya banyak Institut dengan peralatan lengkap tapi begitu negara yg mensuport tidak butuh lagi, kerjasama mereka putus, dan perangkat yg ada jadi mubazir, karena tidak ada tenaga ahli yg cukup bisa mengajarkan dan memanfaatkannya.

    Battambang Institute of Technology, sudah sering mengirimkan dosennya ke Indonesia untuk ditraining, dan saat bertemu dg saya kemaren, Deputy Direkturnya sangat senang sekali, bahkan beliau mengenakan Batik yg dibawa oleh dosennya saat pelatihan ke Indonesia, saya begitu bangga melihat mereka sangat tertarik mengadakan kerjasama dengan Indonesia, dalam pandangan mereka, Indonesia adalah negara Islam yg damai, dan mereka merasa nyaman untuk bekerjasama.

    Tim IT yg saya bentuk di NPIC, selalu saya bawa menemani saya untuk membantu pemasangan perangkat Sea-edunet, disamping mereka sebagai juru bahasa, soalnya tidak semua lokasi, orangnya paham bhs Inggris, dan ini sangat membantu sekali dalam pendekatan emosional dg pihak setempat, saya sudah rekomendasikan mereka untuk dikirim ke Seamolec agar bisa dilatih sebagai perwakilan Seamolec di Kamboja, CV dan kelangkapan lainnya sdh saya pegang.

    Untuk Mjeni Center, saya prioritaskan CIEDC karena mereka sdh punya sertifikat Java dari Sun Singapura, jadi ini lebih memudahkan kita untuk mentraining mereka, lagipula lokasinya berada di Kota Phnom Penh dan hampir semua dosen dan direkturnya fasih berbahasa Inggris, dan punya fasilitas lab komputer serta koneksi internet.

    Demikianlah hasil pengamatan saya, sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas dukungan bapak, semoga kerjasama dengan negara-2 Asean bisa berlanjut terus sehingga satu saat nanti akan ada Uni-Asean, negara-2 Asean yg makmur.

    Wassalam,

    Fadli

    From: Gatot Priowirjanto
    Subject: Re: Permintaan MoU dari CIEDC dan Battambang Institute of Technology
    To: “fadli eka yandra”
    Cc: “Khalid Mustafa” , “ratih” , aline@seamolec.org
    Date: Sunday, November 15, 2009, 10:58 AM

    dear fadly,
    terimakasih masukannya, utk menjadi duta bangsa memang tidak mudah..dan selalu mencari yg terbaik, lumayan kita sdh mendapat bantuan secara baik dgn menteri vokasi, ini yg akan kita garap terus, sambil mencari institusi moes yg kondusif…

    utk menjadi mjeni center kita setuju sekali, utk tahopa berikutnya siapkan saja mou seameolec dgn mereka, saya minta aline utk menyiapkan draft moa nya, dan tahap berikutnya kita kirim staf utk 2 – 3 bulan di battambang.? utk melatih mereka ttg mjeni dll nya…

    ghp

    Date: Friday, November 13, 2009, 5:19 PM

    Dear P Gatot,

    Saya sekarang berada di Provinsi Battambang, sekitar 300 km dari Phnom Penh, untuk melakukan instalasi Sea-edunet.

    Institut ini berada dibawah Ministry Labour and Vocational Training, kedatangan saya atas referensi dari Mr. Bun Pearin (President NPIC), karena sekolah-2 yang berada dibawah kementrian ini lebih mudah dan mau untuk kerjasama, kondisi ini berbanding terbalik dengan Ministry of Educations Youth and Sport (Moeys), pihak Moeys sulit untuk diajak kerjasama, karena mereka melihat tidak ada keuntungan bagi mereka, saya mengalami kesulitan untuk melakukan instalasi Sea-edunet di lokasi dibawah Moeys, karena mereka tidak mau support dan sangat tidak bersahabat, bahkan untuk memberi segelas air putihpun mereka tidak mau, jadi saya prioritaskan saja sekolah yang berada dibawah Ministry Labour and Vocational Taining.

    Dua hari kemaren saya pasang di Cambodia India Enterpreneurship Center, Direkturnya sangat senang walau belum paham, mereka sangat bersahabat dan mengajak saya menjelaskan ke Manager IT-nya, semua berjalan dengan baik dan penuh rasa kekeluargaan, bahkan beliau minta untuk kerjasama dengan Seamolec, soalnya kerjasama dengan India sudah berakhir.

    Dari diskusi saya mengenai Seamolec dengan Direktur dan para managernya, mereka bersedia menjadi Jeni center dan local academic CCNA, dan mohon bantuan saya untuk memfasilitasinya, saya mohon bantuan bapak untuk menindaklanjuti permohonan mereka.

    Saya beli parabola disk buat CIEDC dengan dbantu mereka separo harga, tapi ini menurut saya lebih baik daripada pihak Moeys yang tidak mau bantu apapun dan sangat tidak bersahabat.

    Untuk Battambang Institut of Technology, mereka mau beli sendiri, dan sangat bersahabat.

    Masih ada 2 Institut lagi dibawah Minstry Labour and Vocational Training yang mau dipasang perangkat Sea-edunet, saya akan prioritaskan untuk disiapkan, karena mereka memang menginginkannya dan sangat bersahabat.

    Senin besok saya bikin janji dengan Teacher Training Center Moeys untuk memasang perangkat Seaedunet disana, dilokasi dimana Sok Tha berkantor, kemaren saya datang atas konfrimasinya via telp, dimana jarak NPIC ke sana sekitar 25km, tapi tanggapannya tidak bagus, dan tidak bersahabat, mereka tidak mau bantu kalau ada kekurangan alat sedikitpun walau cuma harganya 7,5 usd, makanya saya cuma prioritaskan 2/3 lokasi saja, karena untuk membeli parabola dari toko ke lokasi dan biaya saya dari NPIC ke lokasi, tidak ada dibantu sedikitpun, jadi sangat menyulitkan saya untuk melakukan instalasi 5 lokasi dibawah Moeys, dari pembicaraan saya dengan pihak Moeys, sepertinya mereka tidak membutuhkan kerjasama dengan Seamolec, karena tidak ada keuntungan buat mereka disegi finansial, jadi responnya jelek.

    Saya pikir saya ke Kamboja, semua sudah beres dan tugas saya cuma memasang perangkat saja, tapi kenyataannya sangat jauh berbeda, kontak person yg dihubungi seakan tidak suka, kalau seandainya pihak NPIC tidak memfasilitas dan membantu, saya ndak tau lagi mau bagaimana, mungkin sudah pulang jauh-2 hari.

    Pak, saya sudah beli tiket tanggal 23 nov, jadi waktu saya tinggal seminggu lagi untuk menyiapkan lokasi yg ada, waktu saya banyak habis terbuang menunggu konfirmasi dan uang untuk membeli parabola, menurut hemat saya, koordinasi dengan pihak kamboja belum siap sebelumnya.

    Dari segi mutu pendidikan Kamboja masih tertinggal dibanding Indonesia, tapi dari segi fasilitas dan kebutuhan akan tenaga terdidik, mereka lebih baik, mungkin karena negaranya kecil dan perputaran USD serta jalur industri membuat lulusan Institut atau Vocational Training lebih diminati, mungkin hal ini juga yg membuat Moyes agak lesu, dan Ministry Labour and Vocational Traning lebih maju.

    Demikianlah kondisi Kamboja yang saya alami, saya juga heran, tiap kali P Vuthy bilang ndak peduli kalau Kamboja ndak dapat Sea-edunet, tapi kesannya maksa terus, aneh juga, padahal beliau staff Moeys, seharusnya tahu persis kondisi Moeys, eh malah kesannya pura-2 tidak tahu dan menyuruh saya harus proaktif, gimana caranya kalau pihak yg dikunjungi tidak bersahabat, dan saya tidak kenal dengan orang-2 disini, kalau saya orang Kamboja bisa saja begitu, ini saya di negeri orang, kalau ada yg marah, bisa ndak pulang saya nanti, siapa yg mengurus anak dan istri saya, wah berabe pak, dari Seamolec ndak ada Asuransinya, kalau kecelakaan, ya saya yg konyol.

    Mohon maaf kalau cara penyampaian saya ada yg salah, saya mohon bantuan bapak untuk menindaklanjuti permohonan kerjasama pihak CIEDC dan Battambang Institute of Technology.

    Wassalam,

    Fadli

  4. salam kenal semuanya ..

Tinggalkan komentar